Rabu, 22 Agustus 2007

Kampung Hijau Susukan

Jika ingin jalan-jalan yang segar di tengah kota, datanglah ke RT08/RW01 kelurahan Susukan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur. Kampung hijau Susukan, begitu kami menamainya. Kampung ini terletak di Jalan Raya Bogor, persis di depan Graha Cijantung. Kita dapat mempelajari keberhasilan peran serta masyarakat dan program penghijauan serta 3 R (reduce, reuse, recycle) yang menjadi ciri khas tempat ini. Kesan pertama yang akan ditemui adalah indah, segar, asri dan hangat karena hijau dan kebersihan tempat ini dan keramahan warganya. Ikuti perjalanan kami berikut..

Kampung ini dulunya adalah wisma/rumah dinas untuk para pegawai BLKI yang kantornya berada persis di depan kampung Susukan. Selain wisma tersebut, ada pula rumah-rumah warga yang letaknya cukup rapat. Sebagian besar adalah pekerja/karyawan sehingga pada hari-hari biasa kampung ini terlihat sepi. Namun pada hari sabtu dan minggu akan terlihat warga sibuk membersihkan lingkungannya. Sebuah keunikan lain adalah tingkat keamanan yang sangat baik sehingga ada warga yang tak pernah mengunci rumahnya 24 jam setiap hari.

Berbagai program yang dijalankan di Susukan berawal dari hobi bertanam yang dilakukan oleh beberapa warga di antaranya Pakde Pri. Seiring berjalannya waktu, kebiasaan itu menular hingga merambah ke sebagian wilayah. Pada tahun 2006 wilayah tersebut mulai mengikuti lomba-lomba penghijauan dan kebersihan baik yang diadakan oleh Kecamatan Ciracas, Kotamadya Jakarta Timur ataupun oleh Pemda DKI Jakarta. Perlombaan yang diikuti tersebut pun berhasil mengukuhkan mereka sebagai juara, baik juara 1 ataupun 2.

Pada tahun 2006 pula, LSM Kirai yang bergerak dalam bidang lingkungan menggandeng warga untuk meneruskan program penghijauan menjadi program kebersihan dan 3R. Program tersebut memang sangat beriringan mengingat alangkah tidak lazimnya lingkungan yang hijau apabila tidak bersih. Program yang diajarkan adalah minimisasi limbah, pemilahan sampah domestik, daur ulang, komposting, hingga perbaikan TPS.

LSM Kirai mengadakan sosialisasi dan pelatihan yang dilaksanakan secara intensif melibatkan berbagai komponen masyarakat. Sosialisasi dilaksanakan melalui rapat RT, arisan, majelis ta’lim, dan forum warga lainnya. LSM Kirai juga melatih warga RT08 untuk membuat kompos (cair dan padat) untuk kebutuhan penghijauan. Selain itu LSM Kirai juga mengajarkan cara-cara daur ulang yang bisa dilakukan di rumahan. Sosialisasi ini membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup lama dan besar, mengingat perubahan prilaku masyarakat tidak terlaksana secara instan. Hingga saat ini kurang lebih 90% warga telah disiplin melaksanakan program lingkungan.

Sejak di rumah masing-masing, warga telah memilah sampah menjadi sampah kering dan sampah basah. Jenis tempat sampah diserahkan kepada masing-masing keluarga asalkan ada mekanisme segregasi limbah. Sampah organik/basah nantinya akan dikompos, sedangkan sampah B3, sampah anorganik/kering akan dikumpulkan/daur ulang sesuai fungsinya. Sampah kemudian langsung dibuang ke TPS oleh masyarakat pada pagi dan sore hari (jam tertentu). TPS yang dimaksud tidak seperti TPS pada umumnya yang kumuh, kotor, berantakan dan sangat bau. TPS di tempat ini terlihat bersih, hijau dan rapi. TPS terdiri atas sampah basah, kering, B3, sarana komposting, dan lapak sampah yang dapat didaur ulang. Pembuangan sampah oleh warga yang dijadwalkan pagi dan sore memungkinkan adanya upaya pengontrolan oleh petugas kebersihan pembuangan sampah menurut jenisnya.

Program komposting juga menjadi unggulan dari kampung ini. Dua jenis kompos yang dihasilkan adalah kompos cair dan kompos padat. Kompos cair dilakukan oleh warga di rumahnya masing-masing dengan memanfaatkan sampah dapur seperti buah dan sayur busuk kemudian dicampur dengan gula dan air. Perbandingan yang dipergunakan adalah 1 : 2 : 3. Yaitu 1 kg sampah : 2 ons gula : 3 L air. Sampah yang telah dicacah dan gula diwadahi dalam karung beras yang tembus air dan diberi pemberat agar tenggelam. ”Adonan” kompos ditempatkan di ember bertutup, setiap 3 hari sekali diaduk. Kompos akan jadi dalam waktu ±1 bulan. Kompos cair tersebut merupakan biang kompos pertama dan dapat dijadikan biang kompos kedua dengan menambahkan 50 L air dan 1 kg gula untuk 1 L kompos cair. Untuk memperkaya unsur hara, bisa ditambahkan sampah dapur, dedak, katul, pupuk kandang yang diwadahi dalam karung, diperam selama 7-10 hari. Untuk dipergunakan sebagai kompos cair, setiap 1 L biang kedua ditambahkan 75-100L air. Hingga total dari 1kg sampah pertama bisa menghasilkan 15000L kompos cair. Penggunaan kompos dengan cara disiramkan seminggu 1-2 kali. Jenis sampah bisa dikhususkan, misal khusus bahan jeruk busuk, pisang busuk, dan lain-lain. Bisa pula dicampur antara 1 bahan dengan yang lain. Bahan-bahan yang tidak bisa dikompos adalah yang mengandung tulang, cangkang, ranting, dan bersantan. Jadi jika ingin mengompos sisa masakan bersantan, harus dibilas terlebih dahulu.

Kompos padat bahannya sampah halaman/daun. Kompos padat ada yang dilakukan di rumah-rumah, ada pula yang dilakukan di TPS. Pembuatan kompos padat di rumah mempergunakan drum yang dilubangi sekeliling dan bawahnya. Sampah dicampur dengan tanah/kompos/serbuk kayu kemudian diaduk-aduk setiap sminggu sekali untuk proses aerasi. Air lindi yang keluar dari bawah drum ditangkap dan disiram kembali ke drum kompos.

Pembuatan kompos padat di TPS memiliki prinsip yang sama, namun tidak ditambahkan bahan lain (murni sampah) dan dilakukan di ruang pengomposan yang dibangun tepat di sebelah TPS sampah basah. Sampah basah yang telah terkumpul dipindahkan ke ruang komposting. Seminggu sekali kompos diaduk dan disiram. Sarana komposting TPS dilengkapi pula dengan pengumpul air lindi dan penutup dari seng. Oleh karena itu terdapat perlengkapan lain seperti cangkul, garpu, kran air, sekop, selang, gayung yang dipergunakan selain untuk membersihkan TPS juga untuk komposting.

Program lain adalah daur ulang dari sampah-sampah yang masih memiliki nilai jual seperti botol plastik, kaleng, kemasan odol, kemasan makanan/sembako, dan lain-lain. Hasilnya pun lumayan kreatif, ada tas, tempat stasionery, hiasan, kapal-kapalan, boneka, dan lain-lain.Memang program ini kurang booming daripada pengomposan dan penghijauan disebabkan keterbatasan waktu dan sumber daya.

Hal yang sangat diunggulkan adalah masalah penghijauan. Sejauh mata memandang, maka pasti terlihat hijau, rimbun, dan indahnya tanaman di Susukan. Tanaman yang dibiakkan sangat banyak dan bervariasi. Mulai tanaman buah, peneduh, hias, obat, bahkan tanaman langka juga ada. Bahkan ada spesialisasi, misal ada spesialis adhenium, aglonema, anthurium, euphorbia, sansiveira, tanaman buah, dan tanaman lainnya. Ada pula ”bengkel” bibit yang isinya tidak hanya membiakkan tanaman langka, namun juga penyilangan, okulasi, dan stek tanaman sehingga menghasilkan variasi yang sangat menarik. Ada pula tanaman impor, TOGA bahkan tanaman yang langka yang hanya ditemukan di beberapa daerah. Wah.. seperti cagar alam saja.

Jika anda pecinta tanaman dan hendak memiliki/membeli tanaman di Susukan, maka anda dapat membelinya dengan syarat jumlah tanaman berjenis tersebut minimal tiga buah. Untuk tanaman tertentu bahkan bisa diminta atau barter dengan tanaman lain. Jangan tanya tentang kualitasnya, terawat deh!!

Manfaat program penghijauan, segregasi sampah, pengomposan dan daur ulang sangat terasa oleh warga. Selain menambah keindahan, kesejukan, kebersihan dan kerapian lingkungan, manfaat lainnya adalah kesehatan lebih baik karena lingkungan lebih bersih, berkurangnya sampah sehingga secara signifikan berkurang pula biaya dan komponen teknis lain dalam hal pengelolaan sampah, suasana kekeluargaan yang sangat baik, dan keberhasilan mereka memenangkan kompetisi lingkungan. Namun demikian, kompetisi yang mereka ikuti semata-mata hanya menjadi motivator, bukan tujuan karena setiap hari program dapat berjalan dengan mandiri.

Hambatan yang mereka temui di lapangan kebanyakan bukan bersifat teknis, namun lebih kepada aspek masyarakat. Masih ada masyarakat yang belum disiplin walau jumlahnya sedikit. Selain itu perlu pengaturan lebih lanjut setelah masyarakat terbiasa dengan program yang berjalan.

Perjalanan ditutup dengan menikmati segarnya es cincau di rumah Bapak dan Ibu Supriyadi yang sejak awal menyambut kami. Terima kasih kepada Bapak dan Ibu Sukur atas oleh-oleh tanaman gantung yg cantik. Terima kasih pula kepada Bapak Senggono (ketua RT) dan warga Susukan atas sambutan yang sangat ramah dan pelajaran yang sangat berharga. Kapan nih kampung dan kompleks perumahan lainnya menyusul??

Tidak ada komentar: